Mengenai Saya

Foto saya
2nd Runner Up Tourism Ambassador Padang Pariaman District West Sumatera

Selasa, 12 Juli 2011

EJAAN BAHASA INDONESIA


1)      Penulisan Huruf
Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dikenal dengan singkatan EYD adalah ejaan yang mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanggal 16 agustus 1972. Ejaan ini masih tetap digunakan hingga saat ini. EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan ditaati dalam tulisan bahasa indonesia resmi. EYD mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan huruf besar (kapital), tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma, tanda tanya, tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elipsis, dan tanda garis miring.

1.      Penggunaan Huruf Besar Dan Huruf Kapital
a.       Huruf pertama kata ganti “Anda”.
Contoh:
-        Ke mana Anda mau pergi Bang Toyib?
-        Saya sudah menyerahkan uang itu kepada Anda setahun yang lalu untuk dibelikan DVD player.
b.      Huruf pertama pada awal kalimat.
Contoh:
-        Anak itu memang kurang ajar.
-        Sinetron picisan itu sangat laku dan ditonton oleh jutaan pemirsanya sedunia.
c.       Huruf pertama unsur nama orang.
Contoh:
-        Yusuf Bin Sanusi
-        Doris Nauli Panggabean
-        Dadyo Warsono Jaya Negara
d.      Huruf pertama untuk penamaan geografi.
Contoh:
-        Bundaran Senayan
-        Jalan Kramat Sentiong
-        Sungai Penuh

e.       Huruf pertama petikan langsung.
Contoh:
Pak kumis bertanya, “Siapa yang mencuri jambu klutuk di kebunku?”
Si panjul menjawab, “Aku tidak Mencuri jambu klutuk, tetapi yang kucuriadalah jambu monyet”.
Ngemeng aja lu”, kata si Ucup kepada kawannya si Maskur.
f.       Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang atau instansi.
Contoh:
-        Camat Pengadegan
-        Profesor Zainudin Zaenal Amirudin
-        Sekretaris Jendral Departemen Pendidikan Nasional
g.       Huruf Pertama pada nama Negara, Pemerintahan, Lembaga Negara, juga
Dokumen (kecuali kata dan).
Contoh:
-        Mahkamah Internasional
-        Republik Rakyat Cina
-        Badan Pengembang Ekspor Nasional

2.      Kaidah Penulisan Huruf Kapital
Tidak jarang kita menemukan tulisan yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan huruf kapital (huruf besar). Sebagai perbandingan akan diberikan contoh-contoh penulisan yang salah dan contoh-contoh penulisan yang benar.

a.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat yang berupa petikan langsung.
1)      Bentuk salah.
(1) Wati bertanya,“kapan Kakak datang?”.
(2) Ibu menasihatkan,“rajin-rajinlah kamu belajar”.
2)      Bentuk benar.
(1) Mira bertanya,“Kapan Kakak datang?”.
(2) Ayah menasihatkan,“Rajin-rajinlah kamu belajar”.

b.      Huruf kapital dipakai dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
1)      Bentuk salah.
(1) Limpahkanlah rahmatmu, ya allah.
(2) Sejauh mana anda sudah mengenal al-Kitab atau al-Quran?
2)      Bentuk benar.
(1) Limpahkanlah rahmat-Mu, ya Allah.
(2) Sejauh mana Anda sudah mengenal Alkitab atau Alquran?
Kata keagamaan lain yang ditulis dengan huruf awal kapital adalah nama agama,seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha. Nama kitab suci, seperti Quran, Injil, Weda, serta nama Tuhan, seperti Allah, Yesus Kristus, dan Sang Hyang Widi Wasa.

c.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
1)      Bentuk salah.
(1) Salah satu tokoh pergerakan nasional ialah haji Agus Salim.
(2) Nabi Ismail adalah anak nabi Ibrahim alahisalam.
2)      Bentuk benar.
(1) Salah satu tokoh pergerakan nasional ialah Haji Agus Salim.
(2) Nabi Ismail adalah anak Nabi Ibrahim alahisalam.

Jika nama gelar, jabatan, dan pangkat tidak diikuti nama, gelar, jabatan, dan pangkat tersebut harus ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
1)      Bentuk salah.
(1) Calon jemaah Haji DKI akan diberangkatkan hari ini ke Mekah.
(2) Di Indonesia, Presiden langsung dipilih oleh rakyat.
(3) Siapa Bupati yang baru dilantik itu?
2)      Bentuk benar.
(1) Calon jemaah haji DKI akan diberangkatkan hari ini ke Mekah.
(2) Di Indonesia, presiden langsung dipilih oleh rakyat.
(3) Siapa bupati yang baru dilantik itu?
Apabila unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat, harus ditulis dengan huruf kapital. Misalnya: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sekretaris Jenderal Pertanian, Gubernur Sumatera Barat,dan sebagainya.

d.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
1)      Bentuk salah.
(1) Selama 350 tahun Bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda.
(2) Di Indonesia terdapat Suku Batak, Suku Jawa,dan sebagainya.
(3) Dalam Bahasa Minang terdapat kata mangicuah, artinya berbohong.
2)      Bentuk benar.
(1) Selama 350 tahun bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda.
(2) Di Indonesia terdapat suku Batak, suku Jawa, dan sebagainya.
(3) Dalam bahasa Minang terdapat kata mangicuah, artinya berbohong.
Namun, jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi imbuhan gabung(awalan dan akhiran sekaligus), nama-nama itu harus ditulis dengan huruf kecil, karena tidak menunjukkan nama diri lagi.
Misalnya:
1)      Bentuk salah.
(1) Lagak lagunya ke- Jepang-Jepangan.
(2) Lafal ucapannya masih menampakkan ke-Jawa-Jawaan.
(3) Pusat Bahasa berusaha meng-Indonesiakan kata-kata asing.
2)      Bentuk benar.
(1) Lagak lagunya kejepang-jepangan.
(2) Lafal ucapannya masih menampakkan kejawa-jawaan.
(3) Pusat Bahasa berusaha mengindonesiakan kata-kata asing.

3.      Pemakaian Huruf Miring (Italik)
a.      Huruf miring (italik) dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Jadi, kalau judul buku, surat kabar, atau majalah dituliskan seperti dibawah ini, penulisan tersebut termasuk penulisan yang salah.
Contoh:
-        Berita itu sudah saya baca dalam harian “KOMPAS”.
-        Ibu rumah tangga menyenangi majalah “FEMINA”.
-        Buku “Negeri Salju” dikarang oleh Yasunari Kawabata.
Penulisan yang benar ialah,
-        Berita itu sudah saya baca dalam harian Kompas.
-        Ibu rumah tangga menyenangi majalah Femina.
-        Buku Negeri Salju dikarang oleh Yasunari Kawabata.

b.      Huruf miring dipakai juga untuk menulis kata bahasa asing atau bahasa daerah, jadi bukan dengan tanda petik seperti contoh di bawah ini:
Contoh:
-        Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata “penataran” untuk kata “upgrading”?
-        Kebanyakan orang Indonesia lebih suka “yakitori” daripada sashimi”.
-        Waktu di Bandung, Miki disapa “Neng Geulis” dalam bahasa Sunda.
Penulisan yang benar ialah,
-        Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran untuk kata upgrading?
-        Kebanyakan orang Indonesia lebih suka yakitori daripada sashimi.
-        Waktu di Bandung, Miki disapa Neng Geulis dalam bahasa Sunda.

Mungkin Anda bertanya, mengapa kata yakitori pada contoh -2 tidak ditulis dengan huruf miring, sedangkan kata sashimi ditulis dengan huruf miring, padahal kata asal dua-duanya adalah bahasa Jepang.
Untuk kata-kata asing, misalnya bahasa Jepang, yang sudah diindonesiakan dan dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia? Edisi Ketiga 2002, (Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional) tidak ditulis dengan huruf miring.

Contoh:
-        bushido judo
-        judoka kabuki
-        karaoke karate
-        karategi karateka
-        kendo kimono
-        kumico obi
-        sake sakura
-        samurai sumo
-        yakitori
Di samping itu dalam KBBI terdapat pula kata-kata warisan tentara Jepang pada Perang Dunia II, seperti : heiho keibodan
kempetai romusa sondanco (?) (mungkin yang dimaksud shodancho)
Sedangkan, kata-kata yang sering terdengar dalam percakapan sehari-hari, (khususnya di kalangan penggemar masakan Jepang di Indonesia) tetapi belum dibakukan, tetap ditulis dengan huruf miring.
Contoh:
-        geisha shabu-shabu
-        sashimi sukiyaki
-        sushi takoyaki
-        yakiniku

2)      Penulisan Kata

a)      Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: ibu, percaya, kantor

b)      Kata Turunan
1.      Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: dikelola, bergeletar, penetapan
2.      Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi
3.      Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Mislanya: menggarisbawahi, penghacurleburan
4.      Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adipati, mahasiswa, mancanegara

c)      Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak, gerak-gerik

d)     Gabungan Kata
1.      Gabungan kata yang lazin disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, orang tua, kambing hitam
2.      Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Misalnya: alat pandang-dengar
3.      Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, matahari, manasuka

e)      Kata Ganti –ku, kau-, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: kumiliki, kauambil, bukuku, rumahmu, bajunya

f)       Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya: di lemari ke pasar, dari Banjarmasin

g)      Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: sang Kancil, si pengirim

h)      Partikel
1.      Paratikel –lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik.
2.      Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
3.      Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: …per 1 April.

i)        Singkatan dan Akronim
1.      Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya:A.S. Kramawijaya
b.Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misanya: DPR
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll.
d.                        Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu, TNT, Rp

2.      Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI, LAN, IKIP
b.Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital Misalnya: Akabri, Bappenas
c.  Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu, radar, rapim

j)        Angka dan Lambang Bilangan
1.      Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab: 0, 1, 2 Angka Romawi: I, II
2.      Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter, 100 yen
3.      Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15
4.      Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252
5.      Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh. Misalnya: dua puluh dua, dua ratus dua puluh dua
b.Bilangan pecahan. Misalnya: seperenam belas, tiga dua pertiga
6.      Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya: Paku Buwono X, Bab II, Tingkat V, Abad ke-20
7.      Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut. Misalnya: tahun ’50-an, uang 5000-an
8.      Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilagan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
9.      Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, sesunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
10.  Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinaman 250 juta rupiah.
11.  Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami memunyai dua puluh orang pegawai.
12.  Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

3)      Penggunaan Tanda Baca
A.    Tanda Titik
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya:
·         Ayahku tinggal di Solo.
·         Biarlah mereka duduk di sana.
·         Dia menanyakan siapa yang akan datang.
·         Hari ini tanggal 6 April 1973.
·         Marilah kita mengheningkan cipta.
·         Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

b.Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya:
a.       III. Departemen Dalam Negri
A.    Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakan Desa
B.     Direktorat Jendral Agraria
b.      1. Patokan Umum
1.1  isi Karangan
1.2  ilustrasi
1.2.1        gambat Tangan
1.2.2        tabel
1.2.3        grafik

Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

d.                        Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)

e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

f. -     Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
       kelipatannya.
       Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
-          Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.

g.Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD'45)
Salah Asuhan

h.Tanda titik tidak dipakai di belakang
1.      alamat pengirim dan tanggal surat atau
2.      nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
B.     Tanda Koma
1)      Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya:
·         Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
·         Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
·         Satu, dua, ... tiga!
2)      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya:
·         Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
·         Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

3)      a.   Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.Misalnya:
·         Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
·         Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk  kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya:
·         Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
·         Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
·         Dia tahu bahwa soal itu penting.

4)      Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. Misalnya:
·         ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
·         ... Jadi, soalnya tidak semudah itu.

5)      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya:
·         O, begitu?
·         Wah, bukan main!
·         Hati-hati, ya, nanti jatuh.

6)      Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.) Misalnya:
·         Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
·         "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus."

7)      Tanda koma dipakai di antara
                                                                                i.            nama dan alamat,
                                                                              ii.            bagian-bagian alamat,
                                                                            iii.            tempat dan tanggal, dan
                                                                            iv.            nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
·         Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
·         Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
·         Surabaya, 10 mei 1960
·         Kuala Lumpur, Malaysia

8)      Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.

9)      Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya: W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

10)   Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang  mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11)   Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya:
                        12,5 m
Rp12,50

12)   Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya
·         Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
·         Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
·         Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
      Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit
      tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.

13)   Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
      Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.

14)   Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.
"Berdiri lurus-lurus!" perintahnya.

C.     Tanda Titik Koma (;)
a.       Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
b.      Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar".

D.    Tanda Titik Dua (:)
1.      a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika
    diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya:
·         Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
·         Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan
    pelengkap yang mengakhiri pernyataan Misalnya:
·         Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
·         Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.

2.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya:
a.       Ketua              : Afrizal Devriko
Sekretaris        : Rizki Ramadhan
Bendahara       : Olivia Oktorie

b.      Tempat Sidang            : Ruang 104
Pengantar Acara          : Beta Riogi
Hari                             : Senin
Waktu                         : 09.30

3.      Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya:
Ibu
 :
(meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"
Amir
 :
"Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu
 :
"Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)



4.      Tanda titik dua dipakai:
                                                                                  i.            di antara jilid atau nomor dan halaman,
                                                                                ii.            di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
                                                                              iii.            di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
                                                                              iv.            nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.

E.     Tanda Hubung (-)
1.      Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris. Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada ju-
ga cara yang baru.
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris. Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau
beranjak ....
atau
Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak ....
bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah i-
tu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-
u beranjak ....

2.      Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini merupakan alat pertahan-
an yang canggih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar